Selasa, 19 Februari 2013

bendungan gerak

Bendungan Gerak


Bendungan Gerak berada di Kecamatan Trucuk, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Bendungan yang menghabiskan dana pinjaman senilai Rp 351 miliar dari Japan International Corporation Agency (JICA) itu memiliki multifungsi. Antara lain sebagai pengendali banjir, irigasi, penyedia air baku bagi industri dan rumah tangga juga dicanangkan sebagai salah satu tempat wisata bagi Kabupaten Bojonegoro. Keberadaan Bendungan Gerak ini fungsinya di samping sebagai penyedia air untuk rumah tangga, pertanian, juga sekaligus menjaga dari kerusakan ekosistem sungai Bengawaan Solo supaya tak meluas ketika banjir menerjang dan sebagai bentuk tata kelola air di Jawa Timur. Manfaat lain bendungan adalah ini untuk persediaan air bagi pertanian di saat musim kemarau, untuk kebutuhan industri, seperti jembatan penghubung antara Desa Padang dengan Desa Ngringinrejo Kecamatan Kalitidu.
Untuk pertanian, bendungan ini mampu mencukupi kebutuhan pengairan bagi lahan pertanian seluas 6.400-9.000 hektar yang tersebar di delapan kecamatan. Yakni Trucuk, Kalitidu, Purwosari, Malo, Pasangan, Kasiman, Ngraho, dan Margomulyo. Juga pertanian di Blora. Karena bendungan yang memiliki tampungan sepanjang 50 km itu mampu menampung debit air hingga 13 juta kubik dengan debit air 5.850 liter per detik.
Dengan pembangunan bendungan ini petani yang berada di bantaran sungai Bengawan Solo, khususnya di atas bagian hulu bendungan akan mempu meningkatkan produktivitas pertanian. Sebelumnya petani hanya bisa melakukan tanam dua kali setahun, sekarang diharapkan bertambah menjadi tiga kali tanam dalam setahun.
Dulu sekitar 21 ribu hektar lahan pertanian padi di Bojonegoro Barat andalkan pertanian tadah hujan. Setelah ada Pompanisasi, wilayah itu tidak mampu melakukan 2 kali panen dalam setahun. Maka sawah beririgasi dengan pompa air menjadi menjadi 6000 ribu hektar. Dengan adanya bendungan gerak ini 11 ribu hektar sawah akan bisa ditanami dua kali setahun. Dan menghasilkan 7 ton rata rata per hektar.
Pembangunan bendungan ini sudah direncanakan sejak zaman kolonial Belanda. Namun karena pemerintah penjajah waktu itu bangkrut, pembangunan bendungan ini urung dilaksanakan.
Bendung gerak ini banyak memberikan manfaat bagi masyarakat Bojonegoro. Selain untuk kebutuhan baku irigasi juga bisa dipakai kebutuhan industri air minum dan industri migas. Serta membuka akses wilayah yang selama ini terisolir sebab ada jembatan sepanjang 504 meter, dan lebar sekitar 4 meter. Bendungan ini berdiri di lahan seluas 1.841.752 meter.

waduk pacul


Waduk Pacal


Waduk Pacal yang berada di 35 Km selatan wilayah Bojonegoro ini, merupakan bangunan peninggalan Belanda, tepatnya diresmikan sejak tahun 1933. Termasuk salah satu bangunan bersejarah berukuran raksasa yang masih berfungsi hingga kini. Tepatnya di Desa Kedungsumber, Kecamatan Temayang, Kabupaten Bojonegoro, bangunan yang kokoh dengan arsitektur khas jaman kolonial Belanda menjadi daya tarik utama Waduk Pacal.
Tak hanya itu, perjalanan menuju lokasi waduk pacal juga merupakan daya tarik tersendiri. Jalanan membelah hutan jati dan tebing-tebing yang digunakan sebagai ladang masayarakat sekitarpun tak kalah mempesona.Jalan utama menuju Waduk Pacal terbilang mulus, karena merupakan jalan provinsi yang menuju Kabupaten Nganjuk. Dari Kabupaten Nganjuk kira-kira 30 km ke arah utara. Di sepanjang perjalanan kita bisa menikmati keindahan khas hutan jati dia areal Pegunungan Kendeng.Saat musim hujan debit air yang melimpah laksana danau yang amat luasnya, apalalagi di selatan waduk ada semacam 'pulau' kecil yang sunggguh menantang untuk disinggahi sejenak bagi para petualang. Begitu melimpahnya air bahkan sampai menembus bawah Jembatan Kedungjati yang juga tak kalah eloknya. Dari Jembatan Kedungjati ini kita bisa menikmati keindahan Waduk Pacal. Apalagi saat matahari terbenam, sungguh luar biasa. Saat musim kemarau, sekitar waduk berubah fungsi menjadi ladang dan perkebunan bagi masayarakat setempat.Tanah merekah di sekitar menara waduk, seolah membawa ke dunia yang berbeda.
Namun saat musim penghujan, air dalam jumlah besar membuat Waduk Pacal bagaikan danau yang sangat indah, dengan perbukitan dan pohon-pohon raksasa di sekitarnya. Saat itulah, hampir setiap pagi ratusan pemancing dari dalam dan luar kota memenuhi Waduk Pacal, bila airnya tak terlalu penuh, mereka bisa memanfaatkan belasan pulau-pulau kecil sebagai tempat memancing.
Tentunya dengan memanfaatkan perahu milik warga, tak terlalu mahal untuk sekali jalan pulang pergi menuju pulau kecil, tarifnya hanya berkisar Rp 20.000. Bila ingin berwisata kuliner secara alami, di sekitar Waduk Pacal juga tersedia warung-warung yang bersedia membakarkan ikan hasil pancingan, tentunya ikan air tawar.

kayangan api

Kayangan Api: Pesona Api Abadi di Bojonegoro

HL | 13 July 2012 | 03:27 Dibaca: 1442   Komentar: 9   1 menarik
1342124765109370904
Kayangan api adalah sumber api yang tidak pernah padam, suatu yang langka tentunya, api keluar dari dalam perut bumi yang tidak ada henti-hentinya.
Kayangan api terletak di kawasan hutan di Desa Sendangharjo Kecamatan Ngasem Bojonegoro Jawa Timur. Sebuah desa yang memiliki kawasan hutan kurang lebih 42,29% dari luas desa. Tempat itu dapat ditempuh dengan jarak 25 Km dari arah kota Bojonegoro.
Menurut cerita kayangan api adalah tempat bersemayamnya Mbah Kriyo Kusumo atau Empu Supa yang lebih dikenal dengan sebutan Mbah pandhe berasal dari kerajaan Majapahit. Mbah Pandhe ahli membuat alat-alat pusaka seperti keris, tombak, cudrik dan lain-lain.
Sumber api tersebut masih dianggap keramat oleh masyarakat setempat. Api hanya boleh diambil pada saat-saat tertentu, seperti yang sudah-sudah, misalnya, upacara Jumenengan Ngarsodalem Hamengku Buwono X, untuk pembukaan Pekan Olahraga Nasional (PON) dan upacara-upacara yang dianggap sakral.
Kayangan api menjadi salah satu tempat wisata favorit di Bojonegoro, selain wisata langka tempat itu juga terkenal masih alami.
13421248381562548989
Selain tempat wisata kayangan api juga sebagai tempat berobat, disamping sumber api terdapat sumber mata air yang kelihatan panas jika dilihat tapi dingin jika disentuh, air tersebut disebut air Blekuthuk, baunya khas yaitu bau belerang yang memiliki khasiat menyembuhkan berbagai macam penyakit. Banyak yang sembuh penyakitnya setelah berendam di air tersebut, kata juru kuncinya.
Air Blekuthuk ini dulunya untuk mencuci dan merendam keris yang dibuat oleh Mbah Pandhe. Bahkan oleh masyarakat sekitar maupun pengunjung lokasi tersebut, air Blekuthuk tersebut dianggap membawa berkah, karena selain dapat mengobati penyakit juga dianggap dapat membawa keberuntungan bagi mereka yang datang.
Sekarang Kayangan api tidak hanya milik Bojonegoro saja tetapi telah menjadi milik bangsa Indonesia karena tempat wisata tersebut tidak hanya menarik perhatian wisatawan lokal tapi menarik wisatawan asing juga, karena sumber api ini terbesar di Asia Tenggara.

Alun-alun Bojonegoro

ALUN-ALUN BOJONEGORO
Seperti lazimnya di seluruh kota di Indonesia pasti yang namanya alun – alun berada di tengah kota, begitu juga alun –alun di Bojonegoro berada di tengah kota. Di sisi sebelah barat ada Masjid Agung Darussalam, masjid kebanggaan warga kota Bojonegoro, dan di sisi timur ada pendopo kabupaten Bojonegoro yang berdiri dengan megah.
Alun – alun sendiri terdiri dari dua sisi, alun – alun sebelah selatan ada tribun untuk kegiatan upacara seperti 17 Agustus, dan hari – hari besar lainnya. Sedangkan di sebelah utara di jadikan taman dengan air mancur di tengah – tengahnya, dan di lengkapi dengan jalan setapak yang biasa di manfaatkan sebagai sarana joggin warga kota.
Warga kota memanfaatkan alun – alun sebagai sarana olah raga karena sudah tersedia lapangan basket dan tennis, dan banyak juga yang jogging mengelilingi alun – alun. Setelah itu, mereka beristirahat melepas lelah di pedagang nasi pecel yang setiap pagi membuka dagangannya di sekitar alun – alun.
Tidak hanya nasi pecel, akan tetapi ada serabi, ketan, bubur ayam, soto ayam dan bubur madura.  Mereka hanya bisa berjualan sampai jam 8 pagi saja demi menjaga kebersihan dan keindahan kota. Tapi kalau hari sabtu dan minggu mereka bebas, artinya bisa berjualan di atas jam 8 tanpa kuatir di tegur satpol pp.
Setelah itu alun – alun mulai diramaikan berbagai aktifitas anak sakolah dari TK s/d SMA, mereka memanfaatkan alun – alun sebagai sarana olah raga sekaligus sarana bermain yang edukatif.
Menjelang sore, alun – alun mulai diramaikan dengan PKL dan aneka permainan anak. Dari lesehan jagung bakar, nasi goreng, mie ayam, tahu campur dan banyak lagi yang lain.
Alun – alun semakin terasa semarak ketika malam tiba, warga kota mendapatkan hiburan di alun – alun bersantai bersama keluarga melepas lelah setelah bekerja seharian. 
 
Niar
Mei 2010-05-22